Berita Terbaru

You are browsing with label: Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan

Pelukan, meskipun hanya dilakukan sebentar, ternyata mendatangkan banyak manfaat bagi suami istri. Berikut ini adalah tiga diantara sekian banyak manfaat pelukan bagi suami istri beserta penjelasan ilmiahnya:

1. Menenangkan
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dari gua Hira seusai menerima wahyu pertama, beliau menggigil seperti demam. “Zammilunii... zammiluni...” kata beliau meminta Khadijah menyelimutinya. Pada saat itu Rasulullah mengkhawatirkan dirinya, namun dengan dukungan sang istri, kekhawatiran itupun sirna.

“Saat tubuh merasakan sentuhan, nueotransmitter di otak akan mengirimkan hormon Endormorfin ke dalam aliran darah dengan jumlah cukup besar. Hormon tersebut mampu menurunkan ketegangan saraf dan tekanan darah” tulis Cahyadi Takariawan dalam Wonderful Family.

Demikianlah, Anda juga bisa mempraktekkannya. Jika suami Anda kalut, galau, atau menghadapi masalah, peluklah ia. Sebagai istri, Anda adalah orang yang paling berhak menenangkannya. Buktikan bahwa diri Anda adalah perhiasan terbaik di muka bumi.

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah” (HR. Muslim).

Demikian pula jika istri Anda menghadapi masalah atau mengkhawatirkan buah hatinya, yang sedang sakit misalnya. Pelukan Anda akan membantu menenangkan dirinya.

2. Memberikan dukungan
Sebuah penelitian yang dilakukan University of California membuktikan, suami istri yang saling berpegangan tangan dan bersentuhan dapat mengurangi rasa sakit. Penelitian lain menunjukkan, berpelukan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memberikan semangat.

Pepatah Arab mengatakan, “Di balik pahlawan besar selalu ada perempuan agung.” Maka jika Anda menginginkan suami berprestasi dan menjadi pahlawan, dukungan Anda adalah salah satu kuncinya. Dukungan tidak selalu harus berupa kata-kata. Terlebih bagi banyak pria, mereka kurang bisa menjadi pendengar yang baik. Maka sedikit kata yang kau bisikkan disertai pelukan akan menjadi salah satu dukungan dan motivasi besar baginya.

“Perempuan bagi banyak pahlawan,” kata Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia, “adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapatkan ketenangan dan gairah, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan. Laki-laki menumpahkan energinya di luar rumah dan mengumpulkannya kembali di dalam rumah.”

3. Mendekatkan hubungan
Terkadang, sulit bagi suami istri yang sedang marahan atau berselisih untuk memulai meminta maaf dengan kata-kata. Nah, jika Anda saat ini sedang ada “masalah”dengan istri atau suami Anda, dekatilah ia. Kemudian peluklah ia. Jika bibir belum mampu bicara banyak, cukup kalimat singkat “Maafkan aku sayang.”

Pelukan seperti ini tentu saja tidak hanya dibutuhkan pada saat terjadi konflik. Pelukan yang rutin dilakukan oleh suami istri akan semakin mendekatkan hubungan keduanya. Wallaahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

sumber : http://www.bersamadakwah.com/2013/01/3-manfaat-pelukan-bagi-suami-istri.html


Hingga saat ini, banyak Muslim yang beranggapan bahwa ketika suami istri berjima’, mereka harus menutupi tubuhnya alias tidak diperbolehkan telanjang. Umumnya, anggapan ini dilandasi oleh dua hadits berikut ini.

Pertama, hadits riwayat Ibnu Majah. 
“Jika seseorang diantara kalian hendak mendatangi istrinya, maka hendaklah menutupi tubuhnya, dan janganlah bertelanjang bulat seperti telanjangnya dua khimar.” 

Kedua, hadits riwayat Tirmidzi.
”Janganlah kalian bertelanjang, sebab sungguh bersama kalian ada makhluk yang tak pernah berpisah...”

Bagaimanakah duduk persoalan yang sebenarnya dan bagaimana kedudukan dua hadits tersebut? Salim A. Fillah di dalam bukunya Bahagianya Merayakan Cinta menjelaskan bahwa hadits pertama (yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah) adalah dhaif. Dalam sanadnya terdapat Al Ahwash bin Hakim dan Walid bin Al Qasim Al Hamdani, keduanya dhaif. Bahkan, An Nasa’i memberi catatan: “hadits ini mungkar.”

Sedangkan hadits kedua (riwayat Tirmidzi), sesungguhnya tidak bisa dijadikan alasan suami istri harus menutup tubuhnya dengan selimut atau semisalnya saat berjima’ dikarenakan malu dengan makhluk lain yang disebutkan dalam hadits tersebut. Padahal, di dalam hadits itu telah ada jawabannya. Yakni kelajutan hadits tersebut yang sering tidak diketengahkan secara lengkap.

“Janganlah kalian bertelanjang, sebab sungguh bersama kalian ada makhluk yang tak pernah berpisah kecuali di saat kalian membung hadats di jamban dan ketika seorang suami mendatangi istrinya” (HR. Tirmidzi).

Salim A. Fillah kemudian menutup penjelasannya dengan kalimat berikut: “Allah tidak menghendaki kesulitan bagi hamba-Nya, bahkan Ia menghendaki kemudahan bagi mereka. Ketika seorang hamba bersama istrinya telah menutup diri dari pandangan manusia di dalam satu bilik di rumahnya, maka Allah tidak lagi membebani mereka dengan hal yang menyulitkan dan memberatkan seperti memakai selimut. Karena bisa jadi selimut akan mengganggu jika hendak berekspresi dan berkreasi. Padahal yang demikian adalah hak yang Allah berikan pada mereka berdua untuk meraih kemuliaan di sisi-Nya.”

Wallahu a’lam bish shawab. [IK/bersamadakwah]

sumber : http://www.bersamadakwah.com/2013/08/haruskah-suami-istri-menutupi-tubuh.html

Tahukah anda, apa perbedaan antara pengantin baru dengan pengantin lama? Pertanyaan itu sangat banyak jawabannya. Berikut ini, adalah jawaban “konon” semuanya. Hati-hati dan perhatikan, jangan sampai terjadi pada keluarga anda.

Jawaban pertama, dari segi bau. Pengantin baru baunya wangi, sedangkan pengantin lama bau minyak kayu putih.

Jawaban kedua, dari segi cara tidur. Pengantin baru tidurnya berhadapan dan saling berpelukan, pengantin lama tidur berpunggungan dan dipisahkan oleh guling.

Jawaban ketiga, dari ucapan sebelum tidur. Pengantin baru, “Selamat tidur sayangku, mimpi indah ya…” Pengantin lama, “Geser dikit dong, masak tidur dempet-dempetan gini, kayak naik mikrolet aja….”

Jawaban keempat, ketika kaki terantuk batu. Pengantin baru, “Hati-hati sayang… Mana yang sakit?” Pengantin lama, “Kalau punya mata dipakai dong, batu segede itu masak ditabrak”.
Jawaban kelima, saat nonton TV. Pengantin baru, “Pengin nonton apa sayang?” Pengantin lama, “Jangan diganti dong chanelnya, gak bisa lihat orang senang apa….”

Jawaban keenam, dari cara dialog. Pengantin baru, dialognya seperti ini.

Suami : Aku sudah menunggu saat seperti ini sejak lama. Akhirnya kesampaian juga.
Isteri : Apakah kau rela kalau aku pergi meninggalkanmu?
Suami : Tentu tidak! Jangan pernah kau berpikiran seperti itu.
Isteri : Apakah kau benar-benar mencintaiku?
Suami : Tentu! Selamanya akan tetap begitu.
Isteri : Apakah kau pernah selingkuh?
Suami : Tidak! Aku tak akan pernah melakukan hal buruk itu.
Isteri : Maukah kau menciumku?
Suami : Ya.
Isteri : Hmmmmm…. Sayangku…..
Adapun pengantin lama, cara membaca dialog tersebut dibalik, dari bawah ke atas.

*****************

Anda tentu pernah membaca humor di atas, karena sudah banyak diposting di berbagai blog dan milis. Sebuah sindiran dengan jalan humor, dan kita bisa tertawa membacanya.

Sebentar, jangan asal tertawa. Kalau anda tidak merawat cinta kasih dalam keluarga, humor-humor tersebut bisa menjadi kenyataan dalam kehidupan anda. Maka selalu rawat dan sirami cinta kasih dalam keluarga anda, selamanya anda akan menjadi pengantin baru…..

sumber : http://pakcah.org/enam-perbedaan-pengantin-baru-dan-pengantin-lama/

Salah satu kunci keluarga sakinah adalah adanya cinta dan kasih sayang suami dan istri yang dibangun di atas spirit saling membahagiakan. Di bawah ini adalah 17 tips bagi istri agar bisa membahagiakan suami. Tips ini merupakan ringkasan dari buku How to Make Your Husband Happy, karya Syaikh Muhammad Abdul Halim Hamid.
1. Sambutan yang manis
a. Sekembalinya suami dari bekerja, dinas luar kota, bepergian, atau   kemana pun dia pergi, sambutlah dia dengan baik.
b. Temui dia dengan wajah riang gembira.
c. Bersolek dan pakailah wewangian.
d. Kabarilah dia dengan kabar-kabar baik yang menggembirakan. Tahan diri Anda untuk menyampaikan berita-berita buruk, setidaknya sampai dia telah beristirahat dengan cukup.
e. Berusaha keraslah untuk menyajikan makanan-makanan bermutu, dan sajikanlah selalu tepat waktu.

2. Percantiklah dirimu dan rendahkan suaramu
Usahakan agar Anda selalu tampil cantik dan merendahkan suara di hadapannya. Lakukanlah hal itu hanya untuk suami Anda, dan jangan menampakkan kecantikan Anda di hadapan laki-laki yang bukan mahram (laki-laki yang layak untuk engkau nikahi jika engkau belum menikah).

3. Senantiasa tampil mewangi dan selalu cantik
a. Rawatlah dengan baik tubuh dan kebugaran jasmani Anda.
b. Kenakanlah pakaian-pakaian yang menarik dan pakailah parfum yang aromanya disukai suami Anda.
c. Mandilah secara teratur. Apabila telah bersih dari haid, bersihkanlah setiap bekas darah atau bau tak sedap.
d. Gunakanlah jenis parfum, warna-warna, dan pakaian yang disenangi suami Anda.
e. Ubahlah gaya rambut, parfum, dan lainnya dari waktu ke waktu untuk menghindari kejenuhan.
Bagaimanapun, semua hal di atas harus dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan, dan tentu saja, jangan melakukannya di hadapan laki-laki dan wanita yang bukan mahram.
�semua hal di atas harus dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan, dan tentu saja, jangan melakukannya di hadapan laki-laki dan wanita yang bukan mahram�

4. Ketika melakukan hubungan intim.
a. Bergegaslah untuk melakoni hubungan intim ketika suami Anda merasa sangat berhasrat untuk melakukannya.
b. Jagalah kebersihan tubuh dan senantiasa tampil harum semaksimal mungkin. Pun demikian, jangan lupa untuk membersihkan setiap cairan yang keluar selama berhubungan intim.
c. Lontarkan ungkapan-ungkapan cinta yang mesra kepada suami Anda.
d. Biarkan suami Anda untuk memuaskan gairahnya.
e. Pilihkan waktu yang sesuai dan kesempatan yang baik untuk memuaskan suami. Beri dia stimulus untuk berhubungan intim sepulangnya dia dari perjalanan jauh yang memakan waktu lama.

5. Merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan melalui suami.
a.  Anda jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau memiliki pekerjaan dan karir yang biasa-biasa saja.  Selama Anda dan suami dekat Allah �Sang Pemberi rezeki�, maka Dia pun akan menggelontorkan rezeki dan karunianya.
b. Anda mesti melihat orang-orang sekeliling yang miskin, sakit, cacat, dan lainnya. Lantas bandingkan dengan semua yang telah Allah karuniai kepada Anda dan keluarga.
c. Ingatlah selalu bahwa kekayaan sejati terletak pada tingginya keimanan dan keshalihan. Dua hal itu merupakan investasi terbaik untuk menjalani kehidupan yang kekal kelak.
�jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Selama Anda dan suami dekat Allah Sang Pemberi rezeki, maka Dia pun akan menggelontorkan rezeki dan karunianya�

6. Jangan pusing dengan hal-hal keduniaan.
a. Jangan menjadikan hal-hal duniawi sebagai harapan dan minat Anda.
b. Anda tak perlu banyak memohon kepada suami Anda hal-hal yang tidak penting.
c. Kendati demikian, hidup zuhud bukan berarti tidak boleh menikmati hal-hal yang baik dan dibolehkan (baca: dihalalkan) syariat Islam. Namun pastinya, Anda harus memprioritaskan kehidupan akhirat kelak, dan memanfaatkan semua sarana dan faktor-faktor yang dapat memberikan keuntungan di surga.
d. Doronglah suami Anda untuk meminimalkan pengeluaran untuk hal-hal tidak penting, dan doronglah dia untuk menabung agar bisa memberi sedekah dan zakat kepada orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan.

7. Bersyukur dan memberikan apresiasi.
a. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW, mayoritas penghuni neraka adalah wanita, dikarenakan mereka tidak bersyukur.
b. Hasil dari rasa bersyukur adalah suami Anda akan lebih mencintai Anda, dan dia akan berupaya keras untuk membahagiakan Anda dengan beragam cara.
c. Sementara dampak dari tidak bersyukur adalah suami Anda akan kecewa, lantas mulai bertanya, �Mengapa saya harus berbuat baik kepada istri saya, sementara dia tidak pernah bersyukur dan hormat?!�

8. Kesetiaan dan ketaatan.
a. Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan.
b. Dukunglah suami Anda dengan apa pun yang Anda miliki (baik materi ataupun non-materi).
�Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan�

9. Memenuhi permintaan suami.
a. Penuhilah permintaan suami dan taatilah semua permintaan-permintaannya, jika memang tidak menyelisihi Al-Qur�an dan Sunnah Rasulullah SAW.
b. Dalam Islam, suami adalah pemimpin keluarga, dan istri adalah penyokong dan konsultan baginya.

10. Jika suami marah, buatlah dirinya merasa lega.
Hindari dan jauhi hal-hal yang bisa membuat marahnya berkepanjangan. Namun jika ternyata marahnya berkepanjangan, dan  Anda tidak bisa �menjinakkannya�, maka cobalah untuk menenangkannya dengan langkah-langkah berikut:
a. Jika Anda bersalah dan melakukan kekeliruan, maka mintalah maaf kepadanya.
b. Namun jika dia yang melakukan kesalahan, maka Anda harus tetap bersikap tenang, jangan mengkritiknya dengan pedas, mendebat, menentang, atau bahkan berteriak. Tunggulah sampai kemarahannya mereda, lalu diskusikan segala sesuatunya secara damai.
c. Kemudian jika dia marah dikarenakan faktor-faktor eksternal, maka ada baiknya Anda diam, sampai kemarahannya sirna. Lalu tanyakan kepadanya apa yang membuatnya marah; apakah kelelahan, problem di kantor, ada orang yang menghinanya, dan lain sebagainya. Dan jangan banyak bertanya, namun fokus pada apa-apa yang membuatnya marah. Anda bisa bertanya kepadanya, �Kamu harus memberitahu kepadaku apa yang terjadi?�, �Aku harus tahu apa yang membuatmu marah?�, atau �Kamu membunyikan sesuatu, dan aku punya hak untuk tahu apa itu�.

11. Menjaga diri ketika suami tidak ada.
a. Jagalah diri Anda dari segala hubungan yang diharamkan.
b. Jaga setiap rahasia-rahasia keluarga, terutama yang berkenaan dengan hubungan suami-istri.
c. Menjaga rumah dan merawat anak-anak.
d. Menjaga uang dan segala harta bendanya.
e. Jangan sekali-kali keluar rumah tanpa izin suami, dan tanpa mengenakan hijab (jilbab) yang rapih.
f. Tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan mereka masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada.
g. Jangan biarkan laki-laki non-mahran berduaan dengan Anda di mana pun.
�Tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan mereka masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada�

12. Tunjukkan rasa hormat kepada keluarga dan teman-temannya.
a. Anda harus menyambut dan bersikap baik kerabat dan teman-teman suami Anda, terutama kedua orangtuanya.
b. Sebisa mungkin Anda harus menghindari masalah dengan para kerabatnya.
c. Anda harus menghindari memojokkan suami Anda ke posisi di mana dia harus memilih antara ibu dan istrinya secara dilematis.
d. Tunjukkan keramahtamahan Anda kepada tamu-tamunya, dengan cara menyiapkan tempat yang menyenangkan kepada mereka untuk duduk, menyajikan makanan yang paling baik, menyambut istri-istri mereka, dan lain sebagainya.
e. Dorong suami Anda agar secara rutin bersilaturahim ke kerabat keluarganya, dan agar mereka mengunjungi rumah Anda.
f. Telponlah orangtua suami Anda, kakak-kakak dan adik-adiknya; kirimi mereka surat, beri mereka hadiah, bantu mereka ketika terkena musibah, dan lainnya.

13. Kecemburuan yang terpuji.
a. Kecemburuan merupakan indikasi cinta dan sayangnya seorang istri kepada suaminya, namun tetap harus dalam batas-batas koridor ajaran Islam. Dalam artian, Anda boleh saja cemburu, tapi jangan sampai kecemburuan Anda dibarengi dengan caci-maki atau ghibah kepada orang lain.
b. Jangan mengikuti atau menciptakan keraguan-keraguan tidak mendasar di dalam diri Anda terkait suami Anda.
�Kecemburuan merupakan indikasi cinta dan sayangnya seorang istri kepada suaminya, namun tetap harus dalam batas-batas koridor ajaran Islam�

14. Kesabaran dan dukungan emosional.
a. Bersabarlah ketika Anda dan suami menghadapi kemiskinan dan keadaan-keadaan yang menegangkan.
b. Bersabarlah ketika musibah atau malapetaka menimpa Anda, suami, anak-anak, kerabat, atau harta benda Anda, baik musibah penyakit, kecelakaan, kematian, dan lain-lain.
c. Bersabarlah ketika suami Anda menerima tantangan dan rintangan dalam berdakwah (seperti diintimidasi, disiksa, dipenjara, atau bahkan dibunuh). Dukung dan kuatkan selalu suami Anda agar senantiasa berada di atas rel ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan selalu ingatkan dia akan surga yang dijanjikan Allah bagi orang-orang bertauhid lurus.
d. Jika suami Anda memperlakukan Anda secara tidak baik, maka bersabarlah dan balaslah perlakuan buruknya dengan perlakuan baik.

15. Mendukung suami untuk taat kepada Allah, berdakwah, dan berjihad fi sabilillah.
a. Bekerjasamalah dengan suami Anda dan ingatkan dia untuk melaksanakan berbagai ibadah wajib dan sunnah.
b. Dorong suami Anda agar melaksanakan shalat tahajud.
c. Ajak dia untuk rutin membaca Al-Qur�an dan memahami makna serta tafsirnya.
d. Ajak suami Anda untuk mendengarkan ceramah-ceramah keislaman.
e. Ingatlah selalu Allah.
f. Pelajarilah hukum-hukum dan ajaran Islam untuk muslimah.
g. Dukunglah aktivitas suami dengan memberinya berbagai opini bijak, dan redakanlah rasa sakitnya.
h. Luangkanlah waktu Anda untuk melakukan dakwah bersama suami.
i. Beri motivasi suami Anda untuk pergi berjihad, jika memang diharuskan dan kondisi memungkinkan.
j. Ingatkan dia bahwa ketika dia berjihad, maka Anda dan anak-anak akan dijaga oleh Allah.
�Beri motivasi suami Anda untuk pergi berjihad, jika memang diharuskan dan kondisi memungkinkan. Ingatkan dia bahwa ketika dia berjihad, maka Anda dan anak-anak akan dijaga oleh Allah�

16. Merawat rumah dengan baik.
a. Upayakan agar rumah selalu bersih dan tertata dengan baik.
b. Ubahlah tata letak barang-barang di rumah Anda dari waktu ke waktu untuk menghindari kebosanan.
c. Pelajari semua skill pemeliharaan rumah.
d. Pelajari bagaimana merawat anak-anak secara baik berdasarkan ajaran Islam.

17. Mengatur keuangan keluarga.
a. Jangan membelanjakan uang suami Anda, bahkan untuk berderma sekalipun, tanpa meminta izin darinya.
b. Rawatlah rumah, kendaraan, dan barang-barang pribadi suami, ketika dia tidak ada di rumah.

�Upayakan agar anak-anak senantiasa ada dalam kondisi bersih, rapih, terawat, berpendidikan, berakhlak baik, dan lain sebagainya. Ajarkan kepada mereka prinsip-prinsip Islam yang luhur; ceritakan juga kisah-kisah para nabi, sahabat Rasul, serta orang-orang shaleh terdahulu�

Kontributor: Zulkifli Abdul Khair

(zafaran/muslimahzone.com)


Seorang sahabat menulis pertanyaan seperti ini kepada saya : �Kegiatan-kegiatan yang saya lakukan semuanya atas nama dakwah. Namun sering kali melalaikan tugas sebagai kepala keluarga. Mohon masukannya�.

Sangat menarik pertanyaannya. Kalau istilah pak Mario Teguh, �super sekali�. Pertanyaan yang sebenarnya mewakili banyak kalangan aktivis dakwah. Ada kondisi paradoks, satu sisi �merasa� sibuk dengan berbagai kegiatan dakwah, namun di saat yang sama melalaikan peran sebagai kepala rumah tangga.

Syumuliyah Dakwah

Pertama kali yang harus dipahami adalah makna dakwah dan syumuliyah dakwah. Sebagaimana kita ketahui, dakwah adalah usaha mengajak manusia menuju nilai-nilai kebaikan sesuai tuntunan Ketuhanan dan petunjuk Kenabian. Maka aktivitas dakwah mencakup aspek yang sangat sangat sangat luas. Usaha membahasabumikan nilai-nialai langit, bisa kita wujudkan dalam beragam aktivitas.

Selama ini sebagian masyarakat memahami dakwah dalam konteks yang sempit, misalnya ceramah, khutbah, tabligh akbar, pengajian dan lain sebagainya. Seakan dakwah itu maknanya hanyalah forum atau mimbar untuk berbicara. Padahal dakwah itu adalah hal bagaimana nilai-nilai kebaikan bisa direalisasikan dalam kehidupan keseharian. Bukan soal ceramah atau khutbah, namun soal merealisasikan kebajikan dalam kehidupan nyata.

Oleh karenanya dakwah bersifat syamil, utuh menyeluruh. Syumuliyah dakwah, adalah adalah pandangan tentang keutuhan dakwah, tanpa membuat dikotomi yang tidak perlu antara peran �publik� dan �domestik�. Antara peran di dalam dan di luar rumah. Antara peran sebagai kepala rumah tangga dengan kepala desa. Antara peran sebagai orang tua dengan peran sebagai pejabat pemerintahan, dan lain sebagainya.

Mengurus Rumah Tangga Adalah Dakwah

Dalam konteks syumuliyah dakwah, kita memahami dakwah itu ada yang di dalam rumah, ada pula yang di luar rumah. Dakwah di dalam rumah adalah membina keluarga, mendidik anak, menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Jika keluarga harmonis, anak-anak tumbuh menjadi generasi yang shalih dan shalihah, seluruh anggota keluarga mentaati aturan Allah dan Rasul, maka itulah keberhasilan dakwah di dalam rumah.

Sedangkan dakwah di luar rumah bisa berupa berbagai aktivitas kemasyarakatan, sosial, politik, seni, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya, yang mengajak masyarakat menuju keluhuran diri, ketinggian pekerti, dan kekuatan nurani. Perbaikan individu, keluarga, masyarakat dan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi fokus dari aktivitas dakwah kita di luar rumah.

Keduanya, dakwah di dalam rumah dan di luar rumah, harus sukses dan berhasil. Jangan hanya berorientasi keberhasilan di salah satu sisi, namuan keduanya harus diperjuangkan untuk mendapatkan keberhasilan.

Maka tidak ada dikotomi, �saya berdakwah di luar rumah, dan di dalam rumah itu bukan dakwah�. Itu adalah pemahaman yang keliru dalam konteks syumuliyah dakwah. Justru dakwah itu mencakup peran yang harus kita jalankan di dalam rumah, dan peran yang harus kita lakukan di luar rumah. Keduanya adalah aktivitas dakwah.

Semoga kita semua mampu untuk mencapai kesuksesan dakwah di dalam dan di luar rumah.

(Ust Cahyadi Takariawan)

sumber : http://www.islamedia.web.id/2013/07/dakwah-sukses-rumah-tangga-beres.html

Para orangtua diimbau untuk waspada terhadap pola kosumsi anak-anak mereka terhadap media khususnya televisi. Menurut data, hampir 40% penonton televisi adalah anak-anak atau usia anak dan mereka juga terbilang kelebihan menonton televisi yakni 35 jam selama seminggu. Merujuk angka tersebut, hal ini sangat mengkhawatirkan jika tayangan yang disaksikan anak itu membawa efek jelek bagi mereka.

Imbauan tersebut disampaikan Komisioner KPI Pusat, Yazirwan Uyun, dalam pembekalan materi soal tayangan anak bagi tenaga pemantaun isi siaran daerah di Pelatihan Pemantauan Isi Siaran di Hotel Grand Mercure, Jakarta, Rabu, 19 Juni 2013 kemarin.

Menurut penelitian tersebut, lanjut Iwan, panggilan akrab Komisioner bidang Perizinan KPI Pusat ini, anak mempunyai sifat cenderung imitasi terhadap isi siaran terlebih pada tayangan anak. Karenanya, para orangtua harus ekstra pengawasan sekaligus memberi bimbingan pada anak-anaknya untuk mereka paham dan mengerti sekaligus bisa memilih tayangan yang baik buatnya.

Dalam P3 dan SPS KPI tahun 2012, KPI telah mengatur secara rinci bagaimana tayangan yang baik dan benar. Terkait aturan tersebut, KPI mencatat ada 5 Jenis kategori pelanggaran yang terjadi terhadap P3 dan SPS dalam program anak dan kartun yakni:

Pertama, unsur kekerasan yaitu isi siaran yang menampilkan tindakan verbal dan/atau non verbal yang menimbulkan rasa sakit secara fisik, psikis, sosial bagi korban kekerasan.

Kedua, unsur mistik dan supranatural yaitu isi siaran yang menampilkan tindakan verbal dan/atau non verbal yang menunjukkan kondisi/keadaan diluar batas kemampuan manusia.

Ketiga, unsur seksual yaitu isi siaran yang menampilkan tindakan verbal dan/atau non verbal yang menunjukkan ataumelampiaskan hasrat seksual.

Keempat, unsur perilaku tidak pantas yaitu isi siaran yang mengandung muatan mendorong anak belajar perilaku tidak pantas sebagai hal lumrah dalam kehidupan sehari-hari.

�Kelima, unsur iklan dewasa yaitu isi siaran dalam program siaran anak dan kartun yang menampilkan produk atau film yang ditujukan untuk penonton dewasa,� papar Iwan Uyun dikutip laman KPI.

Menurut Iwan, tanggungjawab melakukan pemantauan tidak sepenuhnya bisa dipegang oleh KPI. �Kalau saya ditanya apa KPI sanggup memantau free to air dan berlangganan maka saya rasa tidak mungkin. Tanggung jawab dampak isi siaran kan bukan hanya KPI saja tapi tanggung jawab kita semua,� katanya.

Karenanya, kata Iwan, dengan banyaknya kemunculan lembaga-lembaga pemantauan dalam bentuk Media Watch ataupun LSM, hal ini sangat membantu tugas KPI.*

sumber : http://hidayatullah.com/read/29045/20/06/2013/40%25--penonton-tv-usia-anak,-kpi-minta-orangtua-waspada.html

Pernahkah Anda mendengar kisah ini? Kisah seorang pemuda yang hidup selama 17 tahun dalam kuburan?

Anda mungkin mengira bahwa ia tinggal di daerah dekat kuburan. Tidak! Dia tidak tinggal di daerah dekat kuburan, tapi ia tinggal di dalam kuburan itu sendiri.

Bagaimana kisahnya? Anda mungkin tidak akan mempercayai kisah ini, karena pemuda ini lahir dari keluarga berada. Ayah dan Ibunya orang yang terpandang dan memiliki kekayaan yang berlimpah.

Dalam pandangan masyarakat sekitar, kedua orang tua ini adalah orang tua yang sempurna, namun orang hanya bisa menilai apa yang tampak. Orang-orang tidak tahu bahwa kedua orang tua terpandang inilah yang memasukkan anaknya ke dalam kuburan dan menjalani hidup selama 17 tahun di dalam kuburan!

Setiap hari, sang anak makan, minum dan tidur di dalam kuburan, yang penuh kegelapan. Sang Anak juga hanya bisa menjalani apa yang diberikan kedua orang tuanya, tanpa perlawanan.

Menjelang ulang tahun pemuda itu yang ke-17, orang tuanya berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan si pemuda sebagai hadiah ulang tahunnya.

Sang pemuda berpikir, inilah saatnya dia akan mengajukan permintaannya, ia tidak ingin lagi tinggal di kuburan, tapi apakah orang tuanya benar-benar akan mengabulkan permintaannya?

Hari itu pun tiba. Sang pemuda berulang tahun yang ke-17. Kedua orang tuanya datang menghampiri dan menanyakan hadiah apa yang ia inginkan. Sang pemuda menjawab, “Ayah, Ibu… saya tidak meminta banyak, saya hanya minta satu hal..” sang ibu menjawab: “Apa, Nak? katakanlah, Ayah dan Ibu pasti akan mengabulkan permintaanmu.”

Anak: “Ayah dan Ibu berjanji?”

“Tentu, Nak. Ayah dan Ibu berjanji akan memenuhi permintaanmu, selama kami mampu.”

Anak: “Ayah… Ibu… saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan.” “Apa? Apa maksud permintaanmu itu, Nak?”

Anak: “Ayah sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku,
dan hanya itu permohonanku, Yah.”

“Iya, Nak. Ayah sudah berjanji… tapi… tapi… Ayah tidak mengerti, Nak.”

Anak: “Ayah, sudah 17 tahun saya tinggal di sini, tapi tidak seharipun saya mendengar Ayah atau Ibu membaca Al-Qur’an. Sedangkan Rasulullah pernah mengatakan bahwa rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Qur’an di dalamnya adalah seperti kuburan. Saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan, Yah..”

Ayah dan Ibu sang pemuda terdiam.

Anak: “Ayah dan Ibu bahkan tidak pernah mengajariku bagaimana membaca Al-Qur’an. Memang rumah ini mewah, besar dan orang-orang melihatnya sebagai istana. Tapi mereka tidak tahu, bahwa di mata Rasulullah, rumah ini seperti kuburan. Jika Ayah dan Ibu mau menepati janji mengabulkan permintaanku, tolong Yah… Aku tidak ingin lagi tinggal di kuburan. Ajarilah aku membaca Al-Qur’an, agar rumah ini bercahaya dengan cahaya Al-Qur’an..”

Renungan di manakah kalian selama ini makan, minum, tidur dan menetap? di rumahkah? di kos kah? di kontrakan kah? atau kah di kuburan?

karena Rasulullah mengibaratkan rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Qur’an di dalamnya, seperti kuburan… Jadi, di manakah sebenarnya kalian tinggal saat ini?

Aamiin Ya Rabbal Alamiin..

Follow Twitter : https://twitter.com/SahabatFillah

sumber : http://mujitrisno.wordpress.com/2013/06/10/selama-17-tahun-tinggal-dikuburan/